Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang

Melayani sepenuh hati

Pengawas SMP

Mendampingi Satuan Pendidikan

Branding Sekolah

In House Training

Jumat, 03 Oktober 2025

Siklus Berpikir Kritis: Suatu Pendekatan Sistematis dalam Pengambilan Keputusan

Dimensi Profil Lulusan (DPL) merupakan standar  kompetensi lulusan yang diharapkan terwujud setelah murid menyelesaikan setiap jenjang pendidikan. Ada 8 DPL menurut Permendikdasmen Nomor 10 Tahun 2025 yang menetapkan standar kompetensi lulusan (SKL) untuk jenjang PAUD, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah yang harus dicapai murid, meliputi Keimanan dan Ketakwaan, Kewargaan, Penalaran Kritis, Kreativitas, Kolaborasi, Kemandirian, Kesehatan, dan Komunikasi. Salah satunya adalah penalaran kritis/berpikir kritis. Berpikir kritis adalah keterampilan fundamental yang dibutuhkan dalam dunia akademik, profesi, maupun kehidupan sehari-hari. Dalam konteks pendidikan, khususnya di era digital, berpikir kritis dipandang sebagai salah satu keterampilan abad 21 yang harus dimiliki peserta didik. Kemampuan ini tidak hanya menuntut seseorang untuk memahami informasi, tetapi juga untuk menilai, mengevaluasi, serta mengambil keputusan berdasarkan logika dan bukti yang sahih.

Justin Wright dalam kerangka berpikirnya yang disebut “The Cycle of Critical Thinking” memperkenalkan lima tahap utama yang membentuk sebuah siklus, yaitu: (1) mengumpulkan bukti, (2) menantang asumsi, (3) mengeksplorasi perspektif, (4) menghasilkan alternatif, dan (5) memetakan implikasi. Kelima tahap ini tidak berdiri sendiri, tetapi membentuk suatu alur berulang yang saling memengaruhi. Tulisan ini akan membahas setiap tahap secara mendalam dengan contoh penerapan dalam kehidupan akademik dan profesional.

1. Mengumpulkan Bukti (Gather Evidence)

Tahap pertama berpikir kritis adalah verifikasi data. Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber harus diuji validitasnya sebelum dipakai dalam analisis. Sering kali manusia cenderung percaya pada informasi yang sesuai dengan keyakinannya (confirmation bias), padahal informasi tersebut bisa saja menyesatkan.

Dalam praktik penelitian, tahap ini identik dengan proses review literatur, pengumpulan data primer, maupun analisis dokumen. Peneliti wajib memeriksa kredibilitas sumber, siapa yang menyampaikan, serta bagaimana metode pengumpulan data dilakukan.
Dengan demikian, tahap ini memastikan fondasi berpikir kritis berbasis fakta, bukan asumsi.

2. Menantang Asumsi (Challenge Assumptions)

Tahap kedua adalah mengkritisi asumsi yang sering kali tersembunyi di balik pikiran atau argumen seseorang. Asumsi merupakan keyakinan dasar yang dianggap benar tanpa diuji lebih dahulu. Dalam berpikir kritis, justru asumsi inilah yang harus dipertanyakan.
Kegagalan dalam menguji asumsi dapat menyebabkan kesalahan logika (logical fallacy). Misalnya, seseorang menganggap bahwa “semua siswa akan lebih termotivasi belajar jika menggunakan teknologi digital”. Asumsi ini tampak logis, tetapi tidak selalu benar, karena ada siswa yang justru teralihkan perhatiannya oleh teknologi.

Pertanyaan penting:

Apa yang saya anggap benar tanpa bukti?

Bagaimana jika asumsi saya keliru?

Aturan apa yang sedang saya ikuti tanpa disadari?

Dalam penelitian ilmiah, tahap ini tampak pada uji hipotesis. Seorang peneliti harus terbuka terhadap kemungkinan hipotesisnya ditolak. Justru dalam penolakan tersebut terkadang ditemukan pengetahuan baru yang lebih berharga.

3. Mengeksplorasi Perspektif (Explore Perspectives)

Berpikir kritis juga menuntut keterampilan untuk melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang. Perspektif yang berbeda dapat membuka wawasan baru, mengurangi bias, serta memperkuat objektivitas.

Dalam kehidupan sosial maupun akademik, setiap individu memiliki latar belakang, pengalaman, dan nilai yang berbeda. Oleh karena itu, pendapat yang muncul pun bisa beragam. Mengeksplorasi perspektif berarti berusaha memahami siapa yang diuntungkan, siapa yang dirugikan, dan bagaimana pihak lain memandang suatu masalah.

Contoh: Dalam isu penggunaan kecerdasan buatan (AI) di sekolah, guru mungkin melihatnya sebagai alat bantu pengajaran, siswa melihatnya sebagai sarana belajar mandiri, sedangkan orang tua khawatir tentang potensi ketergantungan. Dengan memahami semua perspektif ini, solusi yang diambil bisa lebih komprehensif dan adil.

Tahap ini melatih empati intelektual, yakni kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain sebelum mengambil kesimpulan.

4. Menghasilkan Alternatif (Generate Alternatives)

Tahap berikutnya adalah kemampuan untuk mengembangkan berbagai pilihan solusi. Sering kali orang terjebak pada satu jawaban atau cara tertentu, padahal ada banyak kemungkinan lain. Inilah yang membedakan berpikir kritis dengan berpikir biasa—kemampuannya untuk menghasilkan opsi kreatif.

Pertanyaan yang dapat diajukan:

Apa solusi lain yang mungkin berhasil?

Bagaimana orang lain menyelesaikan masalah serupa?

Bisakah beberapa ide digabungkan?

Apa yang belum pernah dicoba sebelumnya?

Dalam pendidikan matematika, misalnya, guru tidak hanya mengandalkan metode ceramah, tetapi juga mengeksplorasi pembelajaran berbasis proyek, gamifikasi, atau pendekatan kolaboratif.

Dengan membuka ruang untuk alternatif, keputusan yang diambil lebih fleksibel, inovatif, dan tidak kaku.

5. Memetakan Implikasi (Map Implications)

Tahap terakhir adalah melihat dampak atau konsekuensi dari setiap pilihan yang dibuat. Setiap keputusan membawa risiko dan efek berantai, baik positif maupun negatif.

Seorang pemikir kritis tidak hanya fokus pada solusi jangka pendek, tetapi juga mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang. Dengan cara ini, keputusan yang diambil lebih berkelanjutan.

Contoh: Jika sekolah memutuskan untuk mengganti seluruh buku cetak dengan e-book, maka implikasinya tidak hanya soal efisiensi biaya, tetapi juga terkait akses siswa yang tidak memiliki perangkat digital, kemungkinan distraksi, hingga masalah kesehatan mata.

Tahap ini menuntut kemampuan berpikir ke depan (foresight) agar keputusan tidak menimbulkan masalah baru di masa depan.

Siklus yang Berulang

Kelima tahap di atas tidak berhenti pada satu titik, tetapi membentuk siklus. Setelah memetakan implikasi, seorang pemikir kritis mungkin kembali ke tahap pertama untuk mengumpulkan bukti baru, atau menantang asumsi yang belum diuji. Dengan demikian, berpikir kritis adalah proses berulang yang terus disempurnakan sesuai konteks dan informasi terbaru.

Hal ini sejalan dengan prinsip ilmiah bahwa pengetahuan selalu bersifat tentatif—apa yang dianggap benar hari ini bisa direvisi jika ditemukan bukti baru di kemudian hari.

Penerapan dalam Dunia Pendidikan

Dalam pendidikan, siklus berpikir kritis ini bisa diaplikasikan baik oleh guru maupun siswa.
Guru: Menggunakan siklus ini dalam merancang pembelajaran yang mendorong siswa berpikir mendalam, bukan sekadar menghafal. Misalnya, ketika mengajarkan konsep matematika, guru tidak hanya menyajikan rumus, tetapi juga mengajak siswa mempertanyakan asal-usul rumus, menguji asumsi, dan melihat penerapan dalam konteks kehidupan nyata.

Siswa: Melatih diri dengan bertanya “mengapa” dan “bagaimana” daripada sekadar “apa”. Misalnya, ketika membaca artikel, siswa tidak langsung percaya, tetapi memeriksa sumber, membandingkan perspektif, lalu menyusun argumen pribadi.

Kesimpulan

Siklus berpikir kritis yang terdiri atas lima tahap—mengumpulkan bukti, menantang asumsi, mengeksplorasi perspektif, menghasilkan alternatif, dan memetakan implikasi—merupakan kerangka sistematis untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan.
Kemampuan ini sangat relevan dalam dunia pendidikan, penelitian, maupun kehidupan sehari-hari karena membantu individu berpikir lebih objektif, reflektif, dan bertanggung jawab.
Dengan membiasakan diri menjalani siklus ini, seseorang tidak hanya akan lebih bijak dalam mengambil keputusan, tetapi juga mampu mengantisipasi masalah, memahami orang lain, serta memberikan solusi yang lebih kreatif dan berkelanjutan.

Rabu, 01 Oktober 2025

Pendampingan MGMP Informatika Kabupaten Sumedang

 

Pada hari Rabu, 1 Oktober 2025, telah diselenggarakan kegiatan pembinaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Informatika SMP Kabupaten Sumedang bertempat di SMP Negeri 1 Sumedang. Kegiatan ini dihadiri oleh 30 orang guru informatika dari berbagai SMP di Kabupaten Sumedang, dengan tujuan utama untuk meningkatkan pemahaman, keterampilan, serta profesionalisme guru dalam mengimplementasikan pembelajaran informatika yang sesuai dengan kurikulum merdeka. Sebagai pengawas pembina MGMP Informatika, saya hadir untuk memberikan arahan, motivasi, sekaligus materi pendampingan yang relevan dengan kebutuhan guru di lapangan.

Kegiatan dimulai pada pukul 08.00 WIB dengan pembukaan yang diawali sambutan dari wakil kepala sekolah SMPN 1 Sumedang selaku tuan rumah. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan apresiasi yang tinggi atas terselenggaranya forum MGMP ini, karena melalui wadah kolaborasi semacam ini guru-guru dapat saling belajar, bertukar gagasan, dan memperkuat kompetensi dalam merancang pembelajaran. Sambutan berikutnya diberikan oleh ketua MGMP Informatika Kabupaten Sumedang yang menekankan pentingnya konsistensi pelaksanaan forum MGMP, mengingat mata pelajaran informatika memiliki peran strategis dalam membekali siswa dengan literasi digital, keterampilan berpikir kritis, dan kecakapan teknologi yang semakin dibutuhkan pada abad ke-21.

Setelah sesi pembukaan, kegiatan inti dimulai dengan penyampaian materi pembinaan yang terdiri atas beberapa pokok bahasan utama, yaitu:

  1. Pentingnya Memiliki Pola Pikir Bertumbuh (Growth Mindset)
    Pada bagian ini saya menyampaikan bahwa guru informatika, sebagaimana halnya siswa, perlu memiliki pola pikir bertumbuh agar selalu terbuka pada perubahan, inovasi, serta pembaharuan ilmu pengetahuan. Kemudian guru mengisi kuesioner untuk melihat profil pola pikir sendiri. Dengan growth mindset, guru tidak hanya terpaku pada kebiasaan lama, tetapi mau beradaptasi dengan tuntutan kurikulum, perkembangan teknologi, serta dinamika kebutuhan peserta didik. Saya menekankan bahwa guru yang berpola pikir bertumbuh akan melihat tantangan sebagai peluang, kesalahan sebagai pembelajaran, dan keberhasilan orang lain sebagai inspirasi.

  2. Konsep Pembelajaran Mendalam (Deep Learning)
    Selanjutnya dipaparkan konsep pembelajaran mendalam yang menjadi orientasi utama dalam kurikulum merdeka. Guru informatika diharapkan tidak hanya mengajarkan keterampilan teknis seperti penggunaan aplikasi atau pemrograman sederhana, tetapi juga membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, kreativitas, serta keterampilan problem solving. Saya menjelaskan bahwa pembelajaran mendalam menuntut adanya integrasi antara pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, sehingga siswa mampu mengaitkan apa yang mereka pelajari dengan konteks nyata dalam kehidupan.


  3. Analisis Capaian Pembelajaran
    Pada sesi ini, para guru diajak untuk membedah dokumen capaian pembelajaran (CP) tahun 2025 dan tahun 2024 mata pelajaran Informatika di fase D (SMP). Analisis dilakukan untuk memahami lingkup kompetensi yang harus dicapai siswa, urutan logis perkembangan kompetensi, serta kaitannya dengan dimensi profil lulusan.

  4. Perumusan Tujuan Pembelajaran dan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)
    Saya memandu peserta untuk berlatih merumuskan tujuan pembelajaran (TP) berdasarkan capaian pembelajaran yang sudah dianalisis sebelumnya. Guru diperkenalkan pada kata kerja operasional taksonomi Bloom dan SOLO, serta bagaimana TP tersebut disusun menjadi alur tujuan pembelajaran (ATP) yang sistematis. Melalui latihan, guru memperoleh pengalaman langsung dalam menyusun ATP sebagai peta jalan pembelajaran yang memandu mereka selama satu semester atau satu fase.

  5. Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen
    Materi terakhir berfokus pada rancangan pembelajaran dan asesmennya. Saya menekankan bahwa asesmen dalam kurikulum merdeka tidak hanya berorientasi pada penilaian hasil (assessment of learning), tetapi juga proses (assessment for learning) dan perkembangan diri siswa (assessment as learning). Guru diarahkan untuk merancang instrumen asesmen yang otentik, sesuai dengan tujuan pembelajaran, serta mampu memberikan gambaran menyeluruh tentang kompetensi siswa. Diskusi interaktif dilakukan mengenai berbagai bentuk asesmen, mulai dari proyek, portofolio, hingga tes berbasis teknologi.

Kegiatan ditutup pada pukul 12.00 WIB dengan penegasan bahwa tindak lanjut dari pertemuan ini adalah setiap guru diharapkan mulai menyusun ATP dan perangkat pembelajaran informatika yang selaras dengan capaian pembelajaran. Selain itu, forum MGMP akan terus menjadi wahana kolaboratif bagi guru dalam mengembangkan inovasi pembelajaran serta memecahkan berbagai tantangan di kelas.

Sebagai pengawas pembina, saya menegaskan komitmen untuk terus mendampingi MGMP Informatika SMP Kabupaten Sumedang, baik melalui kegiatan tatap muka maupun pendampingan daring. Dengan demikian, diharapkan kualitas pembelajaran informatika semakin meningkat dan mampu menghasilkan lulusan yang melek teknologi, berkarakter, serta memiliki keterampilan abad ke-21 yang unggul.

Materi Pendampingan dapat diunduh [DOWNLOAD]

Selasa, 30 September 2025

Buku Panduan Mata Pelajaran

 Berikut ini buku panduan mata pelajaran.

1. Pendidikan Pancasila [DOWNLOAD]

2. Matematika [DOWNLOAD]

3. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan [DOWNLOAD]

4. Ilmu Pengetahuan Alam [DOWNLOAD]

5. Seni Rupa [DOWNLOAD]

6. Seni Musik [DOWNLOAD]

7. Seni Teater [DOWNLOAD]

8. Seni Tari [DOWNLOAD]

9. Prakarya Budi Daya & Kewirausahaan [DOWNLOAD]

10. Prakarya Kerajinan & Kewirusahaan [DOWNLOAD]

11. Prakarya Rekayasa [DOENLOAD]

12. Prakarya Pengolahan & Kewirausahaan [DOWNLOAD]

13. Informatika [DOWNLOAD]

14. Koding dan Kecerdasan Artifisial [DOWNLOAD]

Senin, 29 September 2025

Materi IHT Pembelajaran Mendalam

 Berikut ini materi In House Training Pembelajaran Mendalam



Penghargaan GTK tahun 2025



Dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional tahun 2025 Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru akan menyelenggarakan Anugerah & Apresiasi GTK. Dengan mengusung tema HGN "GTK Hebat
Indonesia Kuat". Adapun kandidat penerima anugerah GTK 2025 yaitu dari unsur tokoh masyarakat dan unsur GTK. 
Adapun kategori penerima anugerah GTK 2025 yaitu: 
1. Guru dan pendidik nonformal yang dengan kebajikan, keteladanan, dan ketulusannya
telah menyalakan pelita pengetahuan, membimbing murid menuju kecerdasan, dan menumbuhkan nilai-nilai luhur dalam setiap langkah pembelajaran. 
2. Kepala Satuan Pendidikan yang dengan kepemimpinan, kebijaksanaan, tata kelola yang berintegritas, serta karya nyata telah menghadirkan sekolah sebagai rumah belajar yang berdaya, berkarakter, dan berprestasi.
3. Pengawas Sekolah dan Penilik yang dengan pengawasan dan pendampingan arif, arahan bijak, dan dedikasi tanpa henti telah memastikan mutu pendidikan terjaga serta mendorong terciptanya budaya belajar yang berkesinambungan.
4. Tenaga Kependidikan (Tenaga Administrasi Sekolah, Tenaga Laboratorium Sekolah, dan Tenaga Perpustakaan Sekolah) yang dengan pengabdian, ketekunan, dan karya penuh keikhlasan telah menjadi penopang utama terselenggaranya pendidikan yang bermutu
dan berdaya guna bagi semua.
5. Tokoh Pendidikan, yang dengan komitmen, dedikasi, dan inovasinya berkontribusi nyata dan berdampak luas pada kemajuan pendidikan.

Sedangkan Persyaratan Penerima Anugerah Dari Unsur GTK, yaitu: 
1. Pegawai aktif dan berstatus ASN atau NonASN yang terdata pada DAPODIK atau SIMTENDIK.
2. Telah bertugas secara konsisten paling singkat 10 (sepuluh) tahun secara berturut-turut dan saat ini
masih melaksanakan tugas sebagai GTK.
3. Memiliki sifat tangguh, penuh semangat, tidak mudah menyerah, semua upaya dilakukan dengan
sepenuh hati walaupun dalam kondisi sulit, dan rela berkorban dalam situasi tidak biasa serta penuh
tantangan.
4. Menunjukkan perilaku teladan sebagai pendidik atau tenaga kependidikan baik di lingkungan satuan
pendidikan maupun di lingkungan masyarakat dan keteladanannya diakui oleh komunitas satuan
pendidikan dan masyarakat.
5. Telah mendapat pengakuan masyarakat atas jasa/kiprahnya di bidang pendidikan yang berdampak
paling singkat 5 (lima) tahun dan hingga saat ini masih dirasakan manfaatnya.
6. Tidak menjadi kandidat yang mendaftar dalam program Apresiasi GTK Tahun 2025; dan
7. Memiliki rekam jejak yang baik
a. tidak pernah diprotes, dikeluhkan, atau diadukan oleh murid, orang tua, dan/atau masyarakat;
b. tidak pernah terlibat pelanggaran hukum, disiplin pegawai, kode etik profesi, atau tindakan yang
merugikan peserta didik/lingkungan pendidikan;
c. tidak pernah melakukan ujaran kebencian, diskriminasi, perundungan, intoleransi, pornografi
dan/atau pornoaksi; dan
d. tidak memiliki catatan pelanggaran termasuk melakukan tindakan korupsi, kolusi, nepotisme,
dan/atau gratifikasi.

Unsur Pengusul Kandidat Anugerah GTK 2025
1. UPT di lingkungan Kementerian;
2. Dinas Pendidikan Provinsi atau Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya; atau
3. Masyarakat yaitu kelompok atau organisasi yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan dan/atau mengetahui secara langsung kiprah GTK yang diusulkan. Masyarakat dimaksud terdiri atas dewan pendidikan, forum wartawan pendidikan, komite sekolah, organisasi masyarakat, organisasi profesi, dunia usaha/dunia industri yang bermitra dengan satuan pendidikan, atau komunitas pendidikan lainnya.

Berikut ini paparan Sosialisasi Penghargaan GTK Tahun 2025 download
 

Kalender Pendidikan 2025/2026

 Berikut ini Kalender Pendidikan Tahun Ajaran 2025/2026

Capaian Pembelajaran

BSKAP 2025


KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH NOMOR 046/H/KR/2025

TENTANG CAPAIAN PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI,

JENJANG PENDIDIKAN DASAR, DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH DOWNLOAD


BSKAP 2024


KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI NOMOR 032/H/KR/2024 TENTANG CAPAIAN PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN DASAR, DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH PADA KURIKULUM MERDEKA DOWNLOAD

Kumpulan Permendikdasmen Tahun 2025

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2025
  1.  PERMENDIKDASMEN NO. 1 TAHUN 2025 TENTANG REDISTRIBUSI GURU DOWNLOAD
  2. PERMENDIKDASMEN NO. 2 TAHUN 2025 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DOWNLOAD
  3. PERMENDIKDASMEN NO. 3 TAHUN 2025 TENTANG SISTEM PENERIMAAN MURID BARU DOWNLOAD
  4. PERMENDIKDASMEN NO. 4 TAHUN 2025 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN TUNJANGAN PROFESI, TUNJANGAN KHUSUS, DAN TAMBAHAN PENGHASILAN GURU APARATUR SIPIL NEGARA DAERAH DOWNLOAD
  5. PERMENDIKDASMEN NO. 5 TAHUN 2025 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DOWNLOAD
  6. PERMENDIKDASMEN NO. 6 TAHUN 2025 TENTANG PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DOWNLOAD
  7. PERMENDIKDASMEN NO. 7 TAHUN 2025 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DOWNLOAD
  8. PERMENDIKDASMEN NO. 8 TAHUN 2025 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SATUAN PENDIDIKAN DOWNLOAD
  9. PERMENDIKDASMEN NO. 9 TAHUN 2025 TENTANG TES KEMAMPUAN AKADEMIK DOWNLOAD
  10. PERMENDIKDASMEN NO. 10 TAHUN 2025 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN DASAR, DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH DOWNLOAD
  11. PERMENDIKDASMEN NO. 11 TAHUN 2025 TENTANG PEMENUHAN BEBAN KERJA GURU DOWNLOAD
  12. PERMENDIKDASMEN NO. 12 TAHUN 2025 TENTANG STANDAR ISI PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN DASAR, DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH DOWNLOAD
  13. PERMENDIKDASMEN NO. 13 TAHUN 2025 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI NOMOR 12 TAHUN 2024 TENTANG KURIKULUM PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN DASAR, DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH DOWNLOAD

Dokumentasi Pendampingan SMP IT Kahuripan Nurul Falah

 Rabu, 24 September 2025

Supervisi Akademik

Narahubung

            


        Whatsapp    : 085221595785

Instagram     : @kanguyan85

Facebook     : Suryan

Youtube       : Suryan Nuloh

PROFIL

 


Suryan Nuloh Al Raniri lahir di Pabuaran Kabupaten Subang pada tanggal 7 Januari 1985. Alamat domisili di Dusun Cilimbangan Desa Naluk Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang Jawa Barat.

Dokumentasi Pendampingan SMPN 7 Sumedang

Dokumentasi Pendampingan SMPN 7 Sumedang

Kamis, 25 September 2025

Sosialisasi JABAR BERAKSI dan Tes Kemampuan Akademik