Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang

Melayani sepenuh hati

Pengawas SMP

Mendampingi Satuan Pendidikan

Branding Sekolah

In House Training

Selasa, 04 November 2025

Kerangka Pembelajaran Kokurikuler


Upaya menjadikan kokurikuler sebagai ruang belajar yang benar-benar bermakna dan berdampak bagi murid, perancangannya perlu mengacu pada kerangka kerja pembelajaran mendalam. Dalam konteks ini, kerangka pembelajaran kokurikuler disusun dengan memperhatikan empat komponen penting yang saling terhubung: praktik pedagogis, lingkungan pembelajaran, kemitraan pembelajaran, dan pemanfaatan teknologi digital.

 1. Praktik Pedagogis 

 Pendidik berperan sebagai aktivator, kolaborator, dan pengembang budaya belajar, yang mendampingi proses berpikir, merasakan, dan bertindak murid secara reflektif, serta melibatkan murid mengembangkan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Praktik pedagogis dalam kokurikuler mengutamakan pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu melalui pembelajaran aktif seperti model pembelajaran berbasis penyelidikan (inquiry), pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), pembelajaran berbasis masalah, dan ruang eksplorasi yang memungkinkan murid mengonstruksi pengetahuan dan membangun makna secara mandiri maupun kolaboratif.

 2. Lingkungan Pembelajaran 

 Kegiatan kokurikuler mendorong pemaknaan ruang belajar yang lebih luas, tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga di luar ruang formal: area-area di dalam dan sekitar satuan pendidikan, komunitas lokal, bahkan ruang digital. Lingkungan pembelajaran yang mendukung adalah lingkungan yang aman, terbuka, inklusif, dan menghargai keberagaman cara belajar murid. Hal ini memungkinkan murid mengalami pembelajaran secara utuh dan kontekstual.

 3. Kemitraan Pembelajaran 

 Pelaksanaan kegiatan kokurikuler melalui pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu, Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, dan/atau cara lainnya agar efektif, berkesinambungan dan berdampak masif, maka diperlukan kemitraan dengan berbagai pihak. Kemitraan dalam hal ini bisa ditinjau dari catur pusat pendidikan yaitu satuan pendidikan, keluarga, masyarakat, dan media. 

 a. Peran Satuan Pendidikan 

 Kegiatan kokurikuler sendiri merupakan bagian dari rangkaian pembelajaran yang dilakukan pada satuan pendidikan. Satuan pendidikan merupakan pengendali seluruh kegiatan pembelajaran, termasuk kokurikuler. Satuan pendidikan merancang kegiatan kokurikuler sesuai dengan potensi lokal, kebutuhan murid, kompetensi yang ingin dikembangkan, dan karakter yang ingin dikuatkan. Kegiatan kokurikuler di satuan pendidikan menguatkan sinergi dengan keluarga, masyarakat, dan media. dalam mendukung peningkatan kompetensi dan penguatan karakter. Berikut adalah tabel peran satuan pendidikan yang dapat dilakukan dalam kegiatan kokurikuler, antara lain:

 Kepala satuan pendidikan 

• memimpin perencanaan kegiatan kokurikuler sesuai dengan kebutuhan murid. • menjaga ekosistem pendidikan yang kondusif untuk mendukung pelaksanaan kegiatan kokurikuler. • meningkatkan kapasitas SDM pendukung pelaksanaan kegiatan kokurikuler.

 Pendidik

 • menjadi koordinator dan fasilitator kokurikuler. • membersamai murid agar menjadi pembelajar aktif, berkolaborasi, dan mengembangkan budaya belajar dalam kegiatan kokurikuler. 

 Tenaga Kependidikan

 Menyiapkan sarana dan prasarana pendukung. 

 Warga satuan pendidikan lainnya

 Warga satuan pendidikan lainnya Sebagai mitra dan ikut menjaga ekosistem yang kondusif.

 b. Peran Keluarga dalam Kokurikuler 

 Peran keluarga sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang murid, antara lain karena keluarga sebagai tempat pertama anak-anak belajar tentang nilai-nilai kehidupan, seperti kasih sayang, disiplin, dan tanggung jawab. Keluarga juga memiliki andil besar dalam membimbing anak-anaknya untuk menjadi individu yang berbudi pekerti luhur melalui upaya menciptakan suasana yang penuh perhatian dan kasih sayang. Keluarga harus memberikan dukungan emosional yang sangat dibutuhkan anak-anak untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan pendidikan mereka. Berikut adalah tabel peran keluarga yang dapat dilakukan dalam kegiatan kokurikuler, antara lain:

 Orang tua/Wali

• memberikan teladan di rumah dan mitra bagi satuan pendidikan. • membimbing anak untuk menanamkan nilai-nilai dasar kebaikan. • membangun ekosistem atau lingkungan yang mendukung peningkatan kompetensi dan penguatan karakter anak di rumah. • menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mempraktikkan nilai-nilai kebaikan . • memantau tumbuh kembang anak. • meningkatkan kompetensi dan menguatkan karakter murid sebagai mitra utama satuan pendidikan.

Anggota Keluarga lainnya

 • Mendukung orangtua/ wali dalam penanaman penilaian membangun terhadap kompetensi dan karakter nilai-nilai positif keluarga. • Mendukung secara sosial emosional dan menumbuhkembangkan cinta kasih, kerjasama dan toleransi di dalam keluarga. • menciptakan serta menjaga ekosistem yang kondusif.

 c. Peran Masyarakat dalam Kokurikuler 

 Masyarakat merupakan mitra penting bagi satuan pendidikan untuk melaksanakan kokurikuler. Masyarakat merupakan lingkungan sosial di luar satuan pendidikan dan keluarga yang dapat memberikan pengalaman dan pembelajaran yang kaya dan beragam, dalam rangka meningkatkan kompetensi serta penguatan karakter. Selain itu, kegiatan bersama masyarakat menjadi wadah bagi murid untuk mengasah kemampuan dan pengetahuan mereka dalam konteks yang lebih luas.

d. Peran Media dalam Kokurikuler 

 Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi melalui internet telah menjadi bagian dalam keseharian. Ada berbagai alasan pentingnya menempatkan media sebagai bagian dari Catur Pusat Pendidikan. Media telah memberikan akses luas dan fleksibel terhadap informasi, sehingga produksi dan penyebarluasan materi atau konten yang berhubungan dengan kegiatan kokurikuler bisa dilakukan melalui media konvensional dan media sosial. Media berpotensi menjadi sarana pembelajaran yang efektif, tidak terbatas waktu dan tempat. Pemanfaatan media dalam pembelajaran harus diarahkan untuk mendukung peningkatan kompetensi dan penguatan karakter. Tabel berikut menyajikan pemanfaatan media untuk mendukung kegiatan kokurikuler.

4. Pemanfaatan Teknologi Digital 

 Teknologi digital menjadi alat bantu yang memperluas akses belajar dan memperkaya pengalaman belajar murid. Dalam kokurikuler, teknologi dapat dimanfaatkan untuk mencari referensi, mendokumentasikan proses, menyampaikan berbagai pesan ke publik, berkolaborasi jarak jauh, memvisualisasikan ide kreatif murid, mempublikasikan hasil pembelajaran yang telah dikerjakan. Teknologi digital dapat juga dimanfaatkan untuk asesmen dan pertukaran informasi di antara guru tentang perkembangan belajar murid.

 Dengan memperhatikan keempat komponen ini, kerangka pembelajaran kokurikuler menjadi selaras dengan semangat pembelajaran mendalam, yang tidak hanya mengajarkan apa yang harus dipelajari, tetapi juga mengapa dan bagaimana belajar itu membentuk kehidupan murid. Kerangka ini membantu memastikan bahwa setiap kegiatan kokurikuler tidak hanya menyenangkan dan variatif, tetapi juga mendidik secara utuh dan bermakna.

Makna dan Pentingnya Kokurikuler


Kokurikuler merupakan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk penguatan, pendalaman, dan/atau pengayaan kegiatan Intrakurikuler dalam rangka pengembangan kompetensi, terutama penguatan karakter. Kompetensi yang dimaksud adalah delapan dimensi profil lulusan, yaitu: 1) keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 2) kewargaan; 3) penalaran kritis; 4) kreativitas; 5) kolaborasi; 6) kemandirian; 7) kesehatan; dan 8) komunikasi. Delapan dimensi profil lulusan merupakan hasil dari capaian pengetahuan, keterampilan, dan karakter. Disamping itu, delapan dimensi profil lulusan menumbuhkembangkan lulusan yang memiliki kepemimpinan efektif yang berintegritas, profesional, dan transformatif.

Rancangan kegiatan kokurikuler sebaiknya mendorong murid bebas bereksplorasi melalui berbagai aktivitas yang menyenangkan dan bermakna. Kokurikuler berisi kegiatan eksperiensial, langsung, berorientasi pada tindakan dan berdasarkan keterampilan. Dari landasan tersebut, kegiatan kokurikuler dalam panduan ini disajikan dalam bentuk pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu, gerakan 7 (tujuh) kebiasaan anak Indonesia hebat, dan/atau cara lainnya untuk memahami, mengaplikasi, dan merefleksi materi terhadap isu atau permasalahan nyata yang relevan bagi murid. Tema dalam pelaksanaan kegiatan kokurikuler berfungsi menyatukan berbagai gagasan yang mengaitkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan konteks sosial budaya dan karakteristik murid. Satuan pendidikan berperan penting dalam merancang muatan kokurikuler yang tidak hanya memperhatikan kebutuhan kurikulum, tetapi juga berlandaskan pada potensi dan kekuatan murid serta lingkungannya sebagai titik tolak pengembangan kegiatan. Dengan demikian, kegiatan kokurikuler menjadi ruang tumbuh yang otentik bagi murid untuk belajar dengan cara yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.

Kokurikuler juga memiliki peran untuk menciptakan ekosistem belajar yang menyenangkan, bermakna, dan memberdayakan, yang memungkinkan murid tumbuh menjadi pribadi yang utuh. Hal ini sejalan dengan konsep pembelajaran mendalam sebagaimana didefinisikan oleh Kemendikdasmen (2025), yaitu pendekatan yang memuliakan manusia dengan menekankan penciptaan suasana belajar yang berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful). Pembelajaran ini tidak hanya melibatkan olah pikir, tetapi juga olah hati, olah rasa, dan olah raga, secara holistik dan terpadu.  Dalam praktik kokurikuler, murid tidak hanya diajak memahami konsep, tetapi juga dilibatkan secara emosional dan sosial. Mereka diajak memahami, mengaplikasi, merefleksikan, dan bertindak. Saat murid bekerja sama dalam proyek tematik, menyelesaikan tantangan berbasis konteks nyata, atau berkontribusi dalam kegiatan sosial, mereka sedang menjalani pembelajaran yang menyentuh dimensi intelektual, etika, estetika, dan kinestetik sekaligus.  Dengan kata lain, kokurikuler memberi ruang hidup bagi pembelajaran mendalam untuk benar-benar terjadi bukan hanya di kepala murid, tetapi juga di hati, tangan, dan tindakan nyata mereka. Kokurikuler menjadikan satuan pendidikan bukan sekadar tempat belajar, tetapi tempat bertumbuh sebagai manusia seutuhnya.

Kegiatan kokurikuler bertujuan mendukung tercapainya delapan dimensi profil lulusan secara nyata dan kontekstual melalui pengalaman belajar yang bermakna. Delapan dimensi profil lulusan merupakan hasil dari capaian pengetahuan, keterampilan, dan karakter. Disamping itu, delapan dimensi profil lulusan menumbuhkembangkan lulusan yang memiliki kepemimpinan efektif yang berintegritas, profesional, dan transformatif.

Karakteristik kegiatan kokurikuler bersifat fleksibel dan kontekstual, serta dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk sesuai kebutuhan dan kekhasan satuan pendidikan. Namun demikian, kegiatan kokurikuler tidak dirancang secara acak atau sekadar tambahan kegiatan. Kegiatan harus berangkat dari identifikasi dimensi profil lulusan yang ingin dikuatkan atau diperdalam. Dengan menentukan terlebih dahulu aspek dimensi profil lulusan yang menjadi fokus, satuan pendidikan dapat merancang kegiatan kokurikuler yang relevan dan berdampak.

Sebuah kegiatan dapat dikembangkan sebagai bagian dari kokurikuler jika bertujuan untuk memperkuat delapan dimensi profil lulusan, menunjang kegiatan intrakurikuler baik secara langsung maupun tidak langsung, serta memberi pengalaman belajar yang bermakna dan kontekstual bagi murid. Dalam konteks ini, kokurikuler dapat dilaksanakan dalam tiga cara, yaitu: 

1) pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu; 

2) Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (7 KAIH); dan/atau 

3) cara lainnya. 

Cara lainnya mengacu pada kurikulum satuan pendidikan dan/atau kebijakan pemerintah. Satuan pendidikan dapat memilih cara pelaksanaan kokurikuler disesuaikan dengan analisis potensi dan kebutuhan. Kriteria kegiatan kokurikuler adalah: 

 1. Memiliki tujuan untuk memperkuat satu atau lebih dari delapan dimensi profil lulusan. 

 2. Mengembangkan tema sebagai muatan pembelajaran yang relevan dengan konteks sosial budaya dan karakteristik murid. 

 3. Mengelola alokasi waktu secara fleksibel mengacu pada struktur kurikulum yang berlaku. 

4. Mengembangkan rangkaian kegiatan secara terencana (memuat tujuan, langkah langkah pelaksanaan, dan asesmen). 

Satuan pendidikan dapat memanfaatkan atau mengadaptasi kegiatan yang selama ini sudah berjalan, dan/atau merencanakan kegiatan kokurikuler yang baru untuk mencapai delapan dimensi profil lulusan. Oleh karenanya, kegiatan kokurikuler seyogyanya didasarkan pada hasil refleksi dan memaksimalkan praktik baik kokurikuler yang sudah berjalan. Misalnya, kegiatan kerja bakti satuan pendidikan dapat dikaitkan dengan nilai kolaborasi yang merupakan salah satu dari delapan dimensi profil lulusan melalui kebiasaan bermasyarakat (dalam 7 KAIH). Kuncinya adalah bagaimana kegiatan-kegiatan tersebut dirancang secara sadar, terencana, melibatkan murid secara aktif, dan terhubung dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan. Dengan demikian, kokurikuler menjadi ruang yang hidup, bermakna, dan menyatu dalam keseharian satuan pendidikan—bukan sekadar agenda tambahan, melainkan bagian dari upaya bersama untuk membentuk generasi yang sehat, cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi masa depan.